Pusakata merayakan momen peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2025 lalu dengan melepas single terbarunya, yang berjudul “Mengenang Hari Ini”.
Tapi kali ini, musik aransemen yang diracik Pusakata pada “Mengenang Hari Ini” sungguh berbeda dari biasanya.
Proses pembuatannya dinamis, menjadikan komposisinya pun penuh dinamika. Keterlibatan Denny Chasmala dan Irfan Chasmala menjadi gravitasi yang sungguh kuat pada lagu ini.
Kedua musisi tersebut sanggup meladeni kisah dan energi yang menjadi nyawa lagu. Mengalun, menghentak dinamis, namun tetap menjaga ruh karakteristik musik Pusakata yang kaya.
Proses kreatifnya berlangsung sangat cepat dan sengit, namun sarat akan titik-titik relaksasi dan kontemplasi yang kental di dalamnya.
Menjadikan karya terbaru Pusakata tersebut seperti sebuah bilik konsultasi, tempat bercerita tentang problematika kesehatan mental yang menjadi inspirasi lagu ini.
“Hidup adalah perjuangan. Tiap waktu, tiap perubahan yang hadir. Di setiap fase yang memiliki dinamika yang terus berkembang, kita semua pastinya seringkali merasa lelah,” ujar Pusakata, dalam info resmi yang diterima PentasPentas.
“Ada perasaan kalah pada setiap peperangan, lalu kadang hal itu membuat kita jatuh dan terpuruk. Kadang kita berpikir bahwa semua harus terlewati dengan kemenangan mutlak. Namun hidup selalu punya kisah dan babakan berbeda untuk kita jalani,” lanjutnya.
Menurut Pusakata, lagu “Mengenang Hari Ini” lahir dalam rangka mengingatkan diri kita untuk terus menggali dan memaknai setiap proses yang bergulir.
Ia menganggap, kalah adalah manusiawi. Sedih manusiawi. Marah dengan amarah yang besar adalah manusiawi. Lelah dan penat adalah manusiawi. Itu semua mengingatkan kita bahwa hidup akan selalu penuh dengan cobaan, sebagai bahan untuk naik kelas.
“Namun dalam perjalanannya kita harus selalu ingat untuk rehat. Berhenti sejenak. Mencintai dan memeluk diri sendiri. Agar sabar selalu jadi hal yang utama.”
Di mata Pusakata, tidak semua peperangan harus dimenangkan. Tidak semua harus sempurna. Meski kita selalu berusaha sempurna. Karena kesempurnaan itu sendiri tidak ada pada manusia. Tidak semua harus dikejar. Kita butuh untuk berhenti sejenak.
“Kepada para pejuang hidup. Peluklah dan rawatlah kebahagiaan dalam diri kita. Sabarlah dan jangan terburu-buru. Lagu ini kucipta untuk kalian semua. Agar selalu ingat untuk beristirahat dan merenung sejenak untuk mencintai diri sendiri,” tambahnya.
“Sebelum mampu mencintai sesama makhluk yang Maha Kuasa. Salam peluk hangat dan jabat erat untuk kalian semua. Mari kita berjuang untuk hidup yang berarti, agar kita selalu bisa mengenang hari ini.”
Sebagai pungkasan, juga ada pesan personal yang ingin disampaikan Pusakata, “Untuk perempuanku yang selalu kuat dan tak kenal kalah dalam perjuangannya, hiduplah lama untuk terus bersinar dan membagi cintamu pada kami. Terima kasih Puan 2007 sampai hari ini dan selamanya.”
Pusakata sendiri merupakan entitas solo Mohammad Istiqamah Djamad atau yang akrab disapa Mas Is. Ia juga dikenal sebagai vokalis Parade Hujan (sebelumnya bernama Payung Teduh).
Sejak Januari 2018, Pusakata terus berkarya dan sudah menelurkan banyak single dan dua buah album, antara lain “Dua Buku” (2019) dan “Mesin Waktu 2020” (2022) yang memuat lagu “Ruang Tunggu”. (idh/PP)