Rasyiqa akhirnya resmi meluncurkan album debutnya bertajuk “Reckless (the album)”. Memuat 14 lagu, album ini terasa seperti buku diari yang penuh dengan ledakan emosi.
Dengan nuansa musik pop rock, album ini banyak terinspirasi soundtrack film romantic-comedy era 2000-an, dimana tokoh protagonisnya melewati malam-malam yang penuh overthinking, serta sampai di tahap proses pendewasaan yang penting.
Perjalanan album ini dimulai pada 2021 lalu, ketika Rasyiqa merilis lagu pertamanya berjudul “Reckless”, tepat di hari ulang tahunnya yang ke-25.
Awalnya, lagu itu dirilis hanya sebagai bentuk kado untuk dirinya sendiri namun akhirnya lagu tersebut berhasil membuka pintu emosi yang selama ini terpendam.
“Awalnya cuma satu lagu,” kenang Rasyiqa, “terus jadi dua, terus jadi tiga. Lama-lama, rasanya seperti gue nulis hal-hal yang nggak pernah bisa gue omongin dengan kata-kata,” ujarnya, dikutip PentasPentas dari info resminya.
Ditulis sepanjang periode 2021 hingga 2023, lagu-lagu di album ini lahir dari momen-momen reflektif, ketika luka lama bertemu dengan awalan yang baru.
Setiap lagu menangkap perasaan, tempat, atau fase tertentu dalam hidupnya seperti halaman jurnal lama, pesan singkat yang tidak pernah terkirim, atau adegan film yang ia harap bisa dialaminya langsung.
Dari rasa kemarahan dan kecewanya yang ada di “Get Up (Get Out!)” sampai perasaan sunyi yang mengendap dalam “2:15 (Steph’s Song)”, ‘Reckless (the album)’ menghadirkan spektrum emosi yang luas, baik secara lirik maupun sonik.
Lagu “I’ve Had Enough” merekam titik jenuh yang memuncak, sementara “Just Like That” dan “Two Shades of Blue” juga menunjukkan sisinya yang juga bisa jatuh cinta. Sekaligus menjadi penanda bahwa arah anginnya tidak sebatas perempuan yang terus cemberut.
“Surreal”, single terakhir sebelum album ini rilis, menjadi surat cinta untuk orang-orang yang membuatnya merasa cukup aman untuk terbuka.
“Meski berawal dari satu pengalaman patah hati, tapi lagu-lagu ini bukan tentang itu saja,” ucap Rasyiqa menekankan.
“Album ini hasil dari bertahun-tahun gue nyari tahu siapa diri gue sebenarnya. Benang merahnya bukan satu orang atau satu cerita, tapi lebih ke cara pandang gue terhadap cinta yang berubah.”
Bagi Rasyiqa, menulis album ini membantu dirinya melihat pola-pola yang dulu tidak ia sadari terus berulang, dan bikin ia lebih mengerti proses tumbuh dirinya sendiri.
Walau ditulis di masa dan suasana hati yang berbeda-beda, lagu-lagu pada album ini akhirnya membentuk satu alur emosional yang utuh.
Mulai dari rasa bingung menuju kejelasan, dari keinginan untuk dipilih seseorang yang kerap dicintai, lalu akhirnya bisa menemukan kekuatan untuk memilih diri sendiri.
Apa yang awalnya terasa acak dan tercerai-berai, perlahan-lahan menjadi potongan puzzle yang saling melengkapi.
Lagu utama dari album ini, “Mend This Break”, menjadi semacam penutup dan titik balik dari semuanya.
Lagu pop-rock yang ditulis bersama Dennis Ferdinand dan Heston Prasetyo ini tidak lagi bicara soal mencari penutup dari luar.
Tapi justru tentang menoleh ke dalam, berdamai dengan versi diri yang dulu, dan memilih untuk tumbuh dari kekacauan yang dulu begitu dijaga erat.
Ditulis sebagai surat untuk diri sendiri setelah semua ‘recklessness’ yang pernah ada, lagu ini menangkap momen ketika self-love berhenti jadi konsep, dan berubah jadi keputusan.
“Alasan kenapa gue pilih lagu ini sebagai single utama adalah karena ‘Mend This Break’ itu kebalikan dari ‘Reckless’,” seru Rasyiqa mengungkap alasan.
“Buat gue, album ini tentang menutup satu bab. Suara dari seseorang yang dulu terlalu takut untuk kehilangan, dan akhirnya belajar untuk melepaskan.”
Dan menurut sang penyanyi, bentuk ‘reckless‘ seperti itu, yang lembut dan berani, mungkin layak disimpan. Pada akhirnya, semuanya menjadi proses pembelajaran ke versi diri yang lebih baik. (Idh/PP)