Arda Hatna ingin membagikan pesan untuk orang-orang yang sulit bilang tidak dan kadang hanya menurut saja. Pesan ini sampaikan dalam single terbarunya yang bertajuk “Orang Tak Enakan”.
Pada kehidupan sehari-hari, ada tipe orang tak enakan yang kerap menyenangkan orang lain tapi ironisnya malah sering menyakiti diri sendiri. Bahkan korbannya orang-orang terdekat.
Orang tak enakan atau people pleaser memiliki pola asuhan yang menjadi ranking tertinggi, yang turut mencetak generasi penurut. Selalu nurut kerap kali menjadi sikap yang terkesan baik karena rela berkorban dan menghindari konflik.
Padahal menurut Arda Hatna, mencintai dan melindungi diri bukan hal yang egois. Justru menjadi hal yang sangat konyol untuk selalu ingin menyenangkan orang lain dan mengorbankan diri sendiri.
Punya kendali diri untuk menolak yang tidak membuat kita nyaman atau jauh dari prinsip kita serta bisa mengukur diri sendiri itu malah hal yang baik. Kewarasan justru dimulai karena seseorang kenal baik dirinya sendiri.
Pesan ini yang ingin Arda Hatna ungkapkan, seperti yang dituturkan via siaran pers yang diterima PentasPentas, adalah buat apa sulit menolak dan mudah mengiyakan jika pada akhirnya penyesalan jadi kawan akrab seseorang karena sikap ‘tak enakan’.
Penurut bukan lawan dari pembangkang. Orang tak enakan justru akan menggali penderitaanya sendiri, semakin lama semakin terjerat jika tidak segera punya kesadaran untuk berbenah
“Orang Tak Enakan” diciptakan dan ditulis oleh Arda Hatna sendiri dalam waktu yang singkat. Hanya 20 menit. Pengalaman sebagai penulis lagu, penulis buku, penyanyi dan kreator konten, memudahkan Arda menuangkan isi kepalanya.
Perilaku ‘orang tak enakan’ menjadi konsen utama karena Arda dibesarkan di Indonesia. Terutama pulau Jawa yang kental akan budaya unggah-ungguh, yang mana perilaku tak enakan sering dianggap positif.
Padahal menurutnya, harus dipisahkan antara patuh norma, sopan santun itu berbeda dengan selalu nurut sehingga mencetak ‘orang tak enakan’.
Konsep musik yang diusung pada lagu “Orang Tak Enakan” memuat nuansa 80-an dan 90-an, tapi tetap dikemas dengan sound yang modern.
Ada juga kolaborasi dengan Tantri (vokalis Kotak) yang didapuk untuk nyinden mengiringi alunan gamelan di bagian khusus sebagai pesan penutup.
Bahwa kita harus berubah agar tidak selalu diperdaya orang lain, punya kendali diri yang baik, sayang sama badan dan bisa menjalani hidup lebih tentram nyaman.
“Ojo gelem ngene terus, iki wayahe awakmu, ojo gelem ngene terus, sing teges karo awakmu” (jangan mau begini terus, ini saatnya dirimu, jangan mau begini terus, ini saatnya tegas terhadap dirimu).
Konsep video musik dari lagu ini terbilang sederhana namun dapat mengabadikan pesan yang ingin Arda sampaikan. Ia juga ikut tampil dalam video tersebut dan beradu akting dengan seniman lain.
Arda Hatna duduk di samping Bapaknya yang sedang sakit, di teras depan rumahnya, bercakap ngalor-ngidul. Banyak Iuka, bahagia dan pelajaran di rumah itu, tapi Arda ingin membungkusnya menjadi kenangan tersendiri. (Indah/PP)