Maudy Ayunda kembali meramaikan industri tarik suara lagu dengan peluncuran album studio keempat bertajuk “Pada Suatu Hari”.
Album ini menjadi momen comeback dari musisi pelantun “Perahu Kertas” tersebut, sekaligus menandai babak baru dalam perjalanan musik Maudy Ayunda.
Lewat mahakarya ini, seperti yang diungkap di siaran pers resmi yang diterima PentasPentas, Maudy menampilkan dirinya sebagai sosok seniman autentik yang menggali lebih dalam keterampilan artistiknya dalam bermusik dan bercerita.
Adapun, judul album “Pada Suatu Hari” sendiri menyiratkan makna ganda: sebagai awal sebuah cerita, sekaligus merujuk pada suatu momen atau waktu tertentu. Baik itu kenangan di masa lalu maupun harapan akan masa depan.
Rentetan lagu yang termuat di album ini pun mengundang diskusi melalui liriknya yang puitis, kritis, dan kaya akan imajinasi visual, membuat lagu-lagu di dalamnya seolah terbentang menjadi adegan sinematik yang nyata, membawa pendengarnya memasuki dunia cerita yang imersif.
Merangkai kepingan pengalaman hidupnya yang penuh dengan nostalgia, cinta dan pencarian jati diri, Maudy Ayunda memperlihatkan sisi lain dirinya yang lebih dewasa dan introspektif.
“‘Pada Suatu Hari’ adalah persembahanku untuk seni bercerita,” ucap Maudy, membeberkan.
Maudy ingin, albumnya itu terasa seperti buku cerita. Setiap lagunya adalah bab tersendiri, bagian dari narasi besar yang mencerminkan bukan hanya perjalanan pribadi dirinya, melainkan juga pengalaman kolektif orang lain.
“Entah itu jatuh cinta, mempertanyakan tempat kita di dunia, atau sekadar mencoba memahami perasaan kita yang terkadang rumit. Album ini adalah cara aku untuk merefleksikan diri sendiri dan juga dunia di sekitarku.”
Lebih dari itu, lanjut Maudy lagi, album ini juga menyampaikan pesan yang relevan terhadap kehidupan modern saat ini.
Dengan gayanya yang reflektif, Maudy menyentuh tema-tema seperti kesehatan mental, tantangan kehidupan di perkotaan, keinginan untuk terkoneksi tanpa henti di dunia maya, dan dampak media sosial.
Lirik-liriknya yang penuh kehangatan mengajak pendengar untuk berhenti sejenak dan merenung, sekaligus mendorong mereka untuk bertindak—baik itu dengan menerima kerapuhan diri, menghadapi tantangan dunia modern, ataupun sekadar mengingat apa yang sesungguhnya berharga.
“Bagi aku, album ini adalah sebuah perayaan akan kerapuhan dan juga ketangguhan,” ucapnya.
“Perjalanan dalam membuat ‘Pada Suatu Hari’ adalah proses yang indah. Aku banyak belajar mengenai kekuatan yang datang dari sisi diri kita yang rapuh, menghadapi ketidakpastian dalam hidup, dan juga kembali terhubung dengan siapa diri aku sebenarnya, baik sebagai individu maupun seniman.”
“Aku berharap ketika orang mendengar album ini, mereka bisa menemukan apa yang mereka cari selama ini, baik itu secercah ketenangan, pemahaman tentang diri mereka, atau sekadar pengingat bahwa kita semua menjalani ini bersama-sama,” tutur Maudy lagi.
Mengiringi lagu-lagu sinematik dari “Pada Suatu Hari”, album ini juga menghadirkan konsep visual yang mencuri perhatian, yaitu “Urban Fairytale” — sebuah perpaduan antara elemen kota urban dan dongeng yang unik.
Kota urban yang ramai, namun sering membuat penghuninya merasa kesepian. Kota yang keras, namun mampu mendorong manusia untuk bertumbuh. Kota yang menjadi tempat manusia saling terhubung dan meninggalkan jejak memori.
Di sisi lain, konsep dongeng justru menawarkan pelarian dari realitas sehari-hari yang monoton: menggambarkan cinta, menghadirkan keajaiban dan menyuguhkan keindahan fantasi.
Kombinasi kedua elemen ini menciptakan paradoks yang menarik dan menggugah rasa yang berbeda.
“Pada Suatu Hari” yang juga memuat lagu “Puisi Kota” dimana turut menghadirkan penyanyi legendaris Iwan Fals ini sudah terhidang di berbagai digital streaming paltform sejak 3 Desember 2024 lalu. (camilla/PP)