Primitive Monkey Noose (PMN) merilis single baru di bawah naungan label rekaman demajors, bertajuk “Biarlah Terjadi”.
Single milik kelompok musik asal Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan ini merupakan gubahan ulang dari lagu milik band rock asal Bali, Navicula, yang diciptakan oleh Gede Robi.
Meski diaransemen ulang oleh PMN, lagu “Biarlah Terjadi” masih mempertahankan punk rock Banjar sebagai benang merah secara karakter musikal.
Bagi PMN, “Biarlah Terjadi” dipilih untuk diaransemen ulang lantaran pesan dalam lirik lagunya yang kuat.
Setiap penggalan liriknya menyampaikan dengan lugas sekaligus sarkas tentang bagaimana seharusnya menyikapi kondisi yang telah dan akan terjadi di lingkungan kita, dan bagaimana seharusnya kebijakan hati yang dimiliki setiap manusia. Hal inilah yang ditangkap, setidaknya oleh PMN, dari lagu ini.
“Bagi si pencipta, mungkin dia ingin menyampaikan beberapa hal lewat liriknya. Bagi kami pesan itu sangat merasuk ke dalam diri, liriknya kuat, pesannya dapat, setidaknya bagi kami,” ungkap Richie Petroza, vokalis PMN, dikutip PentasPentas dari naskah rilisnya.
“Lagu ini kami gubah ulang sesuai dengan musik khas PMN, lebih bertenaga dari aslinya. Direpresentasikan ke gaya bermusik PMN,” ujar Richie menambahkan.
Hadirnya single “Biarlah Terjadi” versi PMN pun diapresiasi oleh Robi, frontman dari Navicula.
Ia mengatakan, “Saya merasa bangga dan tersanjung lagu ciptaan saya dibawakan oleh PMN dengan keren banget!”.
Seperti diketahui, band yang tahun lalu merilis album mini (EP) berjudul “Waja Sampai Kaputing” ini adalah satu-satunya musisi punk rock yang menjadikan alat petik khas Kalimantan Selatan yang bernama panting ke dalam karakter musik mereka, menghasilkan kekhasan yang tidak dimiliki grup musik lain.
Sebelumnya, mereka telah merilis dua album mini serta sebuah single, dan juga sering terlihat di berbagai panggung baik di Kalimantan Selatan sendiri maupun di luar.
Mereka berasal dari kota Batulicin, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Di sudut Kalimantan ini PMN mencoba bergerilya dan menjaga eksistensinya sebagai band kabupaten yang memiliki entitas kuat.
“PMN itu seperti ‘aset’ daerah, mereka mewakili segala kegelisahan dan keriangan daerah yang mereka diami. Berbicara tentang PMN, tidak bisa lepas dari kota Batulicin, seperti halnya Amplang Pagatan, Sawit, dan Batubara. PMN adalah aset kota Batulicin,” ungkap Puja Mandela, seorang jurnalis musik di Kalimantan Selatan.
Lagu “Biarlah Terjadi” kini sudah dapat dinikmati di berbagai digital streaming platform mulai 23 Desember 2024, di antaranya seperti Spotify, YouTube Music, TikTok Music, Apple Music, dan Langit Musik.
Video musiknya juga bisa ditonton di tautan ini. (camilla/PP)