Glenn Waas akhirnya kembali ke dunia musik Indonesia lewat sebuah single terbaru bertajuk “Boedjang Lapok”, setelah 10 tahun absen merilis karya solo.
Lagu baru karya penyanyi dan penulis lagu asal Jakarta ini diluncurkan pada 22 April 2025 melalui label Laguland.
“Boedjang Lapok” menjadi penanda kembalinya Glenn ke industri musik, sekaligus menjadi pembuka menuju album penuh berjudul “Diorama Roman Suara”, yang dijadwalkan meluncur pada 22 Juli 2025 mendatang.
Mengangkat tema yang dekat dengan kehidupan banyak orang, “Boedjang Lapok” merupakan respons musikal terhadap tekanan sosial yang kerap dirasakan individu lajang di Indonesia.
Terutama ketika menghadiri acara keluarga dan ditanya pertanyaan klasik, “Kapan menikah?”.
Alih-alih merasa tertekan atau terbebani oleh ekspektasi tersebut, Glenn Waas justru menjadikannya inspirasi untuk berkarya.
Lagu ini menyuguhkan pendekatan yang jenaka namun penuh renungan terhadap fenomena tersebut, menyuarakan keresahan sekaligus menerima realita dengan sikap positif dan penuh canda.
Terinspirasi oleh film legendaris Bujang Lapok karya P. Ramlee serta kisah nyata dari teman-teman sebayanya yang masih belum ‘lulus’ dari status lajang menurut penilaian sosial, Glenn menulis lagu ini sebagai bentuk refleksi sekaligus pelipur lara.
“Hidup ini nggak ada kepastian mutlak, ikuti saja kata hatimu,” ujarnya, dikutip PentasPentas dari info resminya.
“Setiap orang punya waktunya sendiri. Jangan sampai tekanan sekitar bikin kamu lupa bernapas. Jalani saja dengan positif.”
Dari segi musikalitas, “Boedjang Lapok” mengusung nuansa yang ceria dan enerjik, namun tetap menyelipkan pesan yang dalam.
Lagu ini diproduseri oleh Lafa Pratomo, yang mendefinisikan genre lagu ini sebagai “Neo Samba”—perpaduan unik antara samba klasik dengan sentuhan modern.
Selain itu, kehadiran Otta Tarega sebagai co-producer sekaligus pengisi keyboard, serta permainan gitar dari Ichsan Rasyid, semakin memperkaya warna musik yang disuguhkan Glenn.
Hasilnya adalah sebuah karya yang tidak hanya enak didengar, tetapi juga mengandung narasi kuat tentang pencarian cinta, kekecewaan, harapan yang nyaris padam, dan optimisme yang terus menyala.
“Boedjang Lapok” menjadi cerminan kedewasaan musikal Glenn setelah berkelana cukup lama di berbagai genre musik, sejak pertama kali dikenal publik lewat ajang Indonesian Idol pada 2005 silam.
Selama perjalanan kariernya, Glenn telah menjajal berbagai warna musik mulai dari hip-hop bersama Soul ID dalam lagu “Esoyuelaidi”, rock lewat Supersonic di lagu “No 1”, hingga folk yang lebih intim melalui “MindTraffic” dan “Biru”.
Kini, dengan “Boedjang Lapok”, Glenn hadir dengan perspektif baru—sebuah suara yang mewakili generasi yang menolak untuk didefinisikan oleh tekanan sosial.
Ia mengajak para pendengar, khususnya mereka yang masih menjalani hidup sebagai lajang, untuk memandang status tersebut bukan sebagai sebuah kegagalan, melainkan sebagai bagian dari perjalanan hidup yang layak dirayakan.
Album “Diorama Roman Suara” pun diharapkan akan menjadi wadah eksplorasi musikal yang lebih luas lagi, memadukan unsur jazz, pop, dan nilai-nilai lokal Indonesia yang kaya.
Glenn Waas tidak sekadar kembali—ia membawa semangat, kebijaksanaan, dan suara segar yang siap menggema di hati para pendengarnya. (camilla/PP)