VoB menjalani masa setahun istimewanya di 2025. Puncaknya, trio rock wanita asal Garut, Jawa Barat ini akhirnya mengumumkan perilisan EP terbarunya, bertajuk “TRANSISI”.
Setelah mengenalkan beberapa lagu baru yang dilepas dalam kurun waktu akhir 2024 sampai awal 2025, kini Firda “Marsya” Kurnia (gitar & vokal), Widi Rahmawati (bass) dan Euis Sitti Aisah (drum) resmi menghadirkan rangkuman lengkap melalui EP tersebut.
EP ini hadir sebagai pernyataan musikal yang kuat tentang perubahan, pertumbuhan, dan perlawanan terhadap stagnasi, baik secara personal, sosial, maupun musikal.
Memuat enam trek eksplosif, “TRANSISI” menjadi penanda fase baru perjalanan artistik VoB, yang lebih matang, lebih lantang, dan lebih berani. Merekam sejumlah makna dari setiap aspek yang mereka perhatikan.
Sehingga, tidak hanya menyuguhkan dentuman musik keras yang khas, setiap lagu dalam EP ini juga menyampaikan narasi yang tajam dan reflektif terhadap realitas sosial, politik, dan spiritual yang kini mereka –dan mungkin juga banyak orang hadapi.
Album mini yang dikerjakan secara mandiri ini dibuka dengan nomor “Mighty Island” sebuah trek penuh energi yang menggugah. Lagu ini menjadi metafora tentang bumi dan tanah yang dihuni namun direnggut dari tangan rakyatnya sendiri.
Kemudian berlanjut dengan nomor “RENEGADE SHEEP”, lagu dengan judul kapital ini menjadi anthem bagi mereka yang berjiwa bebas, yang memilih untuk menentang arus.
“Ini adalah suara bagi mereka yang tak lagi ingin menjadi bagian dari kawanan yang dibungkam,” urai Marsya sang penulis lirik, disampaikan dalam info resmi yang diterima PentasPentas.
Trek ketiga menghadirkan “Put The Gun Down”, sebuah lagu yang memiliki pesan damai yang kuat di tengah dunia yang semakin brutal. Lagu ini mengupas sisi kemanusiaan di balik kekerasan dan represifitas yang kerap dilegalkan.
Masih dalam nafas yang sama, VoB juga hadir dengan nomor baru berjudul “Madness of The Present Century” yang menyuarakan kritik pedas terhadap iklim politik Indonesia hari ini.
Tentang nepotisme yang dinormalisasi, kekuasaan yang disalahgunakan, dan kecurangan yang terang-terangan.
“Madness of The Present Century” ini adalah bentuk rasa kemarahan yang jujur dan penolakan terhadap sistem yang tak lagi berpihak pada rakyat. Rakyat seolah tergantikan dengan banyak kepentingan lain
Menjelang penutup, “The Other Side of Metalism” dihadirkan dengan nada yang penuh introspektif dan filosofis. Lagu ini menggali sisi spiritual dari musik keras, sebagai bentuk ekspresi terdalam yang melampaui batasan genre.
Lalu nomor mastering ulang, “Rumah Tanah Tidak Dijual” yang sebelumnya terangkum dalam album kompilasi “sonic/panic vol.2” besutan Music Declares Emergency Indonesia menjadi penutup EP “TRANSISI”.
“Rumah Tanah Tidak Dijual” menjadi refleksi tentang kondisi bumi saat ini, dimana deforestasi terus terjadi sepanjang hari, yang dalam waktu bersamaan tanah yang dihuni oleh rakyat juga terancam diambil alih.
“Sejak remaja kami sering mencuri dengar obrolan orang-orang dewasa tentang wacana alih fungsi hutan, sungai, lembah, gunung, bahkan sawah menjadi wahana-wahana wisata.”
Melalui EP “TRANSISI” ini, VoB menegaskan diri sebagai lebih dari sekadar band. Mereka menyuarakan suara generasi yang sedang tumbuh. Generasi yang meragukan segalanya, mempertanyakan semua, dan berani menyalakan api perubahan. (Indah/PP)