SALE ALERT!
Dark Mode Light Mode

RANGKAI Mendalami Ramadhan Lewat “Pekik Hening di Lantang Angan”

Album karya Rangkai ini menyusun lagu-lagunya berdasarkan enam masa penciptaan yang terdapat dalam Al-Qur’an, yang mencerminkan perjalanan batin.
rangkai rangkai
RANGKAI (Setengah Lima Records)

Rangkai melanjutkan momentum yang telah dibangun lewat tiga rilisan single sebelumnya yang berhasil menyentuh hati pendengar, yaitu “Seperti Rindu”, “Mesra Tanpa Kata” dan “Puan, Kau Beri Nyawa”.

Tepat di bulan suci Ramadhan, band yang dikenal dengan aliran musik kontemplatif dan reflektif ini pun merilis album penuh bertajuk “Pekik Hening di Lantang Angan”. 

Album ini menjadi sebuah karya yang sarat akan nuansa renungan, introspeksi, serta pengendalian diri, sesuai dengan semangat bulan puasa.

“Pekik Hening di Lantang Angan” merupakan hasil dari perjalanan panjang yang penuh makna bagi personel Rangkai. Juga merupakan karya terakhir yang diproduksi bersama mendiang Ade Firza Paloh, yang juga berperan sebagai produser album. 

Ade Firza Paloh yang telah bekerja sama dengan Rangkai sejak Agustus 2022, telah mendalami pemikiran dan perasaan setiap personel Rangkai.

Melalui diskusi-diskusi yang intens, Ade Firza berhasil merangkum perjalanan musikal mereka menjadi 11 lagu yang mencerminkan pencarian dan perjalanan batin yang dialami setiap individu. 

“Kalian itu bak kumparan, seperti tak bergerak padahal laju rotasi tinggi. Cocoknya Pekik Hening di Lantang Angan,” ujar Bang Ade, panggilan akrab semasa hayatnya, dikutip PentasPentas dari info resminya.

Meskipun kehilangan sosok yang sangat berarti bagi proyek ini, Rangkai memutuskan untuk melanjutkan proyek album tersebut dengan tekad yang kuat. Mereka merasa bahwa hidup harus tetap berjalan meskipun tanpa kehadiran produser yang telah lama mereka junjung. 

Album mereka lantas dihadirkan sebagai refleksi dari perjalanan batin yang menguras banyak energi, tenaga, dan waktu, namun di sisi lain, memberi banyak pelajaran hidup. 

Mirza Elba Febrian, gitaris Rangkai, mengatakan bahwa proses produksi album itu ternyata menguras banyak hal, dari tenaga sampai waktu tidur.

“Tapi dari proses yang lumayan panjang ini meyakinkan gue bahwa rezeki itu bisa datang dari mana aja dan gak harus berupa duit. Bahwa bisa kolaborasi sama musisi-musisi yang biasanya kita cuma bisa nonton mereka, itu hal yang wah banget buat gue pribadi.” 

Album “Pekik Hening di Lantang Angan” dapat digambarkan sebagai sebuah karya kontemplatif yang memerlukan kesadaran spiritual untuk menikmatinya. Musik dalam album ini bukan sekadar hiburan, tetapi lebih kepada teman yang menemani perjalanan hidup penuh tantangan. 

Tidak terbatas pada nasihat atau aturan agama, album ini mengajak pendengarnya untuk menerima hidup apa adanya, baik dalam suka maupun duka. 

Dalam hal ini, “Pekik Hening di Lantang Angan” bisa dianggap sebagai kopi pahit yang disajikan bersama biskuit manis, mencerminkan keseimbangan antara kenyataan hidup dan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Salah satu trek andalan dalam album ini, yaitu “Selam Hati Sulam Diri”, adalah hasil kolaborasi dengan Endah Widiastuti, vokalis dari Endah N Rhesa. 

Menurut Endah, ketika Rangkai mengajaknya untuk mengisi vokal di lagu “Selam Hati Sulam Diri”, ia tentu saja langsung menyanggupi karena sudah mendengar materi albumnya yang konseptual.

“Proses rekamannya juga menyenangkan karena saya diberi kebebasan untuk improvisasi mencari nada dalam merespon melodi vokal Bimo. Lagu ini memiliki kesan tersendiri di hati saya karena lirik dan bunyi Rangkai yang menarik.”

Album ini juga menyusun tracklist-nya berdasarkan enam masa penciptaan yang terdapat dalam Al-Qur’an, yaitu:

  1. Ledakan pertama dan munculnya cahaya (“Api”, “Kejora Cinta”)
  2. Jagad mengembang (“Ruang”, “Seperti Rindu”, “Mesra Tanpa Kata”)
  3. Unsur alam mulai menemukan bentuknya (“Isyarat Hawa”, “Puan Kau Beri Nyawa”)
  4. Benturan alam raya (“Pertengkaran”, “Tabir”)
  5. Alam mulai stabil (“Selam Hati Sulam Diri”)
  6. Alam regenerasi (“Seberang Fana”)

Formasi trio Rangkai, yang terdiri dari Mirza (gitar klasik), Rai (kontrabas) dan Bimo (vokal, gender/gamelan Jawa), berhasil menyajikan album yang sarat dengan kedalaman emosional dan musik yang penuh makna. 

Selain itu, album ini juga melibatkan banyak pihak dalam produksinya, termasuk produser eksekutif Setengah Lima Records, serta bantuan dari Ruang Waktu Music, Lokale Satin Studio, dan Earspace Studio untuk proses mixing dan mastering. (camilla/PP)

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
bernadya

Juli 2025, BERNADYA Gelar Tur “Untungnya, Untungnya” di Malaysia

Next Post
chintya gabriella

CHINTYA GABRIELLA Gaungkan "Cerita Besar" untuk Hadapi Overthinking

You cannot copy content of this page