Setelah lagu “Lampu Merah” booming di berbagai digital streaming platform, The Lantis kembali menyuguhkan karya segar terbaru bertajuk “Bunga Maaf”.
Melalui komposisi musik yang epik dan lirik yang emosional, single ini mencoba menggambarkan kisah penyesalan mendalam dan harapan kosong akibat hubungan yang hancur oleh ego di masa lalu.
Lebih spesifik lagi, seperti yang dikutip PentasPentas dari siaran pers resminya, lagu tersebut menceritakan tentang seseorang yang berharap akan adanya kesempatan kedua padahal kesempatan itu telah hilang sejak lama.
“Bunga Maaf” juga menjadi lagu yang cukup spesial lantaran menjadi penanda kali pertama The Lantis berkolaborasi dengan musisi lainnya pada proses produksinya, dan sosok tersebut ialah Rendy Pandugo selaku co-writer dan produser dari lagu ini.
Giri, salah satu anggota The Lantis, mengisahkan bahwa kolaborasi ini dimulai dari pengembangan materi baru bersama Rendy, yang kemudian memberikan sentuhan khas pada produksi lagu, membawa nuansa lebih dewasa dan matang dalam aransemen.
Selain itu, bagi The Lantis, hasil produksi ini menandai evolusi musik mereka, dalam kesederhanaan yang mendalam tetapi tetap membawa karakter vintage yang menjadi ciri khas dari grup ini.
“Menurut kami, hasil produksian bersama Mas Rendy ini menunjukkan pendewasaan aransemen dan menjadi penanda evolusi natural dari lagu-lagu kami sebelumnya,” ujarnya.
“Hasil akhir dari lagu ini menyampaikan nuansa kesedihan dan dari segi produksi dapat dikatakan lebih sederhana dari lagu-lagu kami sebelumnya, namun tidak melupakan nuansa vintage yang sudah menjadi karakteristik kami,” sambung Giri.
Visualisasi dari “Bunga Maaf” juga hadir dalam bentuk visualizer yang menggambarkan protagonis yang berusaha meminta maaf dengan memberikan bunga kepada sosok yang pernah dianggap ‘rumah’.
Ojan, anggota lainnya dari The Lantis, menjelaskan bahwa visualizer tersebut mencerminkan perasaan protagonis yang penuh penyesalan karena ego yang membuatnya kehilangan seseorang yang sangat berharga.
“Segala elemen yang ada di visualizer ini mempunyai makna tersendiri, bahkan kesan warna vintage ini merepresentasikan protagonis yang masih hidup di masa yang telah berlalu,” katanya.
Sekilas bagi pendengarnya, mungkin lagu ini akan terdengar seperti layaknya penyesalan kisah romansa. Padahal, ada cerita lebih dalam di baliknya, dimana rasa sakit yang direpresentasikan tidak hanya menggambarkan kisah romansa, tapi dalam hubungan apapun yang berdasarkan dari rasa yang tulus dan kasih yang mendalam.
Dari lagu ini, The Lantis juga mencoba mengingatkan para pendengar bahwasanya siapa pun yang terjalin dalam sebuah hubungan, baik itu pertemanan, percintaan, ataupun keluarga, tidak ada yang luput dari kesalahan.
“Sehingga selagi masih ada waktu dan kesempatan, baiknya apakah “Bunga Maaf” akan kita berikan kepada orang-orang yang kita sayang dan cintai, atau kita biarkan bunga itu layu di tangan kita dan di makan oleh ego kita sendiri.”
The Lantis berharap “Bunga Maaf” dapat menyentuh hati pendengar, baik mereka yang sudah mengenal mereka, maupun yang baru mendengarkan.
Harapannya, lagu ini bisa diterima luas seperti single mereka sebelumnya, “Lampu Merah” dan membawa The Lantis ke babak baru dalam karier musik mereka.
Mereka juga berharap lagu ini dapat menemani mereka yang sedang mengalami fase sulit di dalam hidupnya.
Sebagai penutup, Ravi menyampaikan bahwa mereka berencana melengkapi perilisan single ini dengan sesi live studio dan mungkin mengembangkan video musiknya.
Mereka juga mempertimbangkan untuk membuat showcase kecil sebagai kejutan bagi para pendengar. Kata Ravi lagi, masih banyak karya lain yang telah disiapkan untuk ‘Keluarga Lantis’ dan seluruh penikmat musik mereka.
Untuk saat ini, The Lantis mengajak para penggemar bergalau bersama melalui “Bunga Maaf”, yang kini dapat dinikmati di semua platform musik digital. (camilla/PP)