SALE ALERT!
Dark Mode Light Mode

The Panturas Angkat Disko Bernuansa Sunda di EP “Galura Tropikalia”

Dalam album mini berdurasi sekitar 21 menit ini, The Panturas menggaet Ricky Virgana (WSATCC) sebagai produser, yang memoles nuansa pop disko di lagu-lagunya.
the panturas the panturas
THE PANTURAS (Los Panturas Ent.)

Kwartet rock selancar asal Jatinangor, Jawa Barat, The Panturas akhirnya telah menelurkan album mini (EP) terbaru mereka yang diberi tajuk “Galura Tropikalia”.

Rilisan ini bisa dibilang cukup unik, lantaran Surya Fikri (drum), Bagus ‘Gogon’ (bass), Rizal Taufik (gitar) dan Abyan ‘Acin’ (gitar, vokal) bakal mengecoh ekspektasi pendengarnya dengan menampilkan enam lagu yang berlirik bahasa Sunda, sekaligus musik yang juga bernuansa tembang tradisional Sunda.

Dari info rilis yang diterima PentasPentas, dalam album yang berdurasi sekitar 21 menit ini tersebut, The Panturas menggaet Ricky Virgana dari
White Shoes and the Couples Company (WSATCC) sebagai produser. 

Hal itu mempengaruhi bagaimana lagu-lagu dalam “Galura Tropikalia” juga kental dengan gaya pop disko era 70 hingga 80-an. 

Sementara itu, Om Robo (Southern Beach Terror/Sundancer) turut berpartisipasi sebagai guru spiritual gitar dan dibantu musisi kolaborator lainnya seperti Panji Wisnu (keyboard/synth), Rezki Delian (perkusi), dan Andri (pencak tarompet).

Berkaitan dengan itu, The Panturas juga menciptakan sebuah lagu berjudul “Bentang Sagara” sebagai ode kecintaan masing-masing personel terhadap musik pop Indonesia pada era album kompilasi “Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR)” rilisan 1978 silam. Sebuah eksplorasi mereka di ranah pop disko dengan lirik berbahasa Sunda.

“Beruntungnya, penulisan dan produksi lagu ini dibantu oleh Ricky Virgana yang memang sudah mumpuni di area itu. Kami mencari jalan tengah di antara musik disko dan gitar becek ala The Panturas,” tutur Surya Fikri alias Kuya.

“Semoga albumnya bisa diterima dan pendengar The Panturas hari ini masih tetap bisa menikmati musik kami tanpa kendala perbedaan bahasa,” harapnya.

Bagi Kuya, hampir semua proses pembuatan di album ini menarik, mulai dari workshop hingga peluncurannya. 

Masing-masing awak kapal The Panturas mengaku banyak melakukan eksplorasi dan pola-pola baru dalam petualangan “Galura Tropikalia”. Sebuah cara yang belum pernah mereka lakukan dalam penggarapan album sebelumnya.

“Saya merasa banyak sekali hal baru yang kami bisa temukan, kami banyak melakukan eksplorasi dan pola-pola baru,” ungkapnya.

“Hal paling besarnya adalah ternyata kami bisa membelokkan arah musik yang kami mainkan ini ke area yang sangat familiar dengan tanah kelahiran kami yaitu bumi Pasundan,” tuturnya melanjutkan.

Sebagian personel The Panturas merasa penulisan lirik jadi hal paling menantang dalam penggarapan lagunya, dikarenakan bahasa Sunda yang dianggap lumayan rumit.

Tapi, Rizal justru merasa terbantu dengan bahasa yang digunakan karena ingatan masa kecilnya yang berkaitan dengan jampi, pupuh, dan dongeng Sunda kuno. 

Pada akhirnya, mereka cukup menulis apa yang mereka rasa ingin ditulis mengikuti kata hati. Grup rock selancar kontemporer ini pun mendaur ulang (cover) sebuah lagu pop Sunda berjudul “Talak Tilu” ciptaan Kosman Jaya yang pertama kali dipopulerkan oleh Upit Sarimanah. 

Selain itu, mereka turut mengajak musisi legendaris pop Sunda, Doel Sumbang untuk berkolaborasi dalam salah satu trek berjudul “Jimat” yang sudah ditayangkan lebih dulu sebagai single. Video liriknya bisa ditonton di tautan ini.

“Galura Tropikalia” dikabarkan bakal segera dirumuskan dalam bentuk tur dan showcase dengan harapan bisa dibawakan langsung di hadapan para pendengar di berbagai kota di Indonesia atau bahkan ke luar negeri. (camilla/PP)

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
fadhilah

Fadhilah Intan Dambakan Cinta Abadi di Single “Arah Sejati”

Next Post
pentas esensial

17 PENTAS ESENSIAL INDONESIA

You cannot copy content of this page