Band alternatif asal Yogyakarta, Sekusi, kembali menghadirkan karya terbaru dalam bentuk single berjudul “Jejak Abadi”.
Lagu ini merupakan lanjutan dari karya debut mereka melalui lagu “Smaranada” yang mengeksplorasi tema kerinduan tak berujung.
Namun kali ini, Sekusi menempuh jalur emosional yang lebih dalam dan reflektif: penolakan terhadap kenangan yang enggan pergi dan rindu yang justru menyakitkan.
“Jejak Abadi” menyuarakan pergulatan batin seseorang yang masih terjebak dalam kenangan masa lalu, meskipun hubungan telah lama berakhir.
Alih-alih meredup, luka yang ditinggalkan justru mengakar semakin dalam, hadir dalam bentuk rindu yang tidak pernah diundang namun terus menghantui malam-malam yang sepi.
Lagu ini menjadi medium ekspresi atas perasaan kehilangan yang tak kunjung sembuh—sebuah kondisi ketika waktu terus bergerak, dunia di luar berubah, namun bagian dalam diri masih terpaku pada momen yang telah lalu.
Dibalut dengan nuansa musik yang intens dan atmosfer yang kental dengan sentuhan melankolis, Sekusi menyampaikan emosi yang mentah dan jujur dalam “Jejak Abadi”.
Melalui aransemen yang terukur dan lirik yang puitis, lagu ini tidak sekadar menjadi dokumentasi atas rasa sakit, tetapi juga menjadi ruang kontemplasi bagi para pendengarnya.
Alih-alih berusaha menghapus luka, Sekusi mengajak pendengar untuk menerima kehadirannya sebagai bagian dari proses penyembuhan—sebuah bentuk kedewasaan emosional yang tercermin kuat dalam struktur musik dan narasi liriknya.
“Jejak Abadi” memperkuat identitas Sekusi sebagai band yang konsisten menggali cerita-cerita kecil dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkaitan dengan kehilangan, patah hati, dan perjalanan menuju pemulihan.
Dalam karya ini, seperti yang dituturkan di info resmi yang diterima PentasPentas, mereka berhasil mengemas kompleksitas perasaan tersebut ke dalam komposisi yang intim namun tetap memiliki daya ledak emosional yang kuat.
Lagu ini seolah menjadi manifestasi musikal dari upaya untuk berdamai dengan masa lalu—bukan dengan melupakan secara paksa, tetapi dengan menyadari bahwa ada jejak yang tak mungkin dihapus, hanya bisa dipahami dan akhirnya dilepaskan.
Sebagai single kedua dalam katalog mereka, “Jejak Abadi” menunjukkan perkembangan signifikan dalam perjalanan musikal Sekusi. Tidak hanya dari sisi produksi dan eksplorasi musikal, tetapi juga dalam kedalaman penulisan lirik dan pendekatan naratif yang semakin matang.
Dengan dirilisnya “Jejak Abadi,” Sekusi kembali mengukuhkan posisi mereka sebagai pendongeng musik yang peka terhadap dinamika batin manusia.
Mereka tidak hanya menciptakan lagu, tetapi membangun ruang-ruang sunyi tempat para pendengarnya bisa merayakan kesedihan secara utuh—sebuah pendekatan yang menjadikan karya mereka relevan, menyentuh, dan layak mendapatkan tempat istimewa dalam lanskap musik independen Indonesia saat ini.
Single ini sudah dapat dinikmati melalui seluruh digital streaming platform sejak 15 April 2025 lalu.
Bagi mereka yang tengah berjuang untuk melupakan atau sekadar ingin berdamai dengan kenangan, “Jejak Abadi” dapat menjadi teman yang hangat di tengah malam yang sunyi—sebuah perjalanan emosional menuju pemahaman dan pelepasan. (camilla/PP)